-->

Dosis Masturbasi Yang Normal, 2-3 Kali Dalam Seminggu

Banyak yang menilai bahwa hal yang normal dan natural, jika seseorang melakukan masturbasi. Sebab bisa terjadi hal tersebut karena adanya dorongan seksual manusia yang dipengaruhi unsur hormonal. Namun taukah anda, seberapa besar frekuensi masturbasi yang wajar (normal) dan tidak wajar. Sebelum membahas lebih jauh tentang salah satu prilaku seksual yang satu ini, kita harus tahu pengertian masturbasi


Apa itu masturbasi, tahukan anda?
Masturbasi atau yang biasa disebut onani pada umumnya dilakukan oleh remaja pria, walaupun wanita dan orang tua kadang melakukan aktivitas ini.Tapi jumlahnya tidak sebanyak dan sesering yang biasanya dilakukan oleh para pria usia muda. Masturbasi sendiri merupakan sebuah aktifitas seksual tanpa penetrasi (penis ke vagina) yang dilakukan sendiri atau bersama-sama dengan pasangan untuk mendapatkan kepuasan seksual.

Jika dilakukan sendiri, masturbasi biasanya menggunakan alat atau tangan sendiri, dan jika bersama pasangan maka masturbasi dilakukan di depan pasangan maupun dengan bantuan pasangannya.

Maka jujurlah pada diri anda sendiri, berapa kalikah anda melakukan masturbasi. Sebulan sekali seminggu sekali setiap hari atau sehari dua kali? Coba perhatikan dan jawab pertanyaan penting ini, agar tak berlebihan (overdosis)!

Dari berbagai penelitian terhadap prilaku seksual ini, jarang ada yang mengakui secara jujur seberapa sering dia melakukan masturbasi. “Jumlahnya sangat relatif, ada yang melakukannya seminggu sekali, dan ada juga yang sekali sehari”, ujar dr. Andri sebagaimana dikutip TransTV.

Berapa kali jumlah masturbasi yang normal dalam seminggu?
Diketahui bahwa remaja pria pada umumnya sudah mengeksplorasi organ genitalnya secara mandiri saat usia antara 11 sampai 16 tahun. Pada saat itu, hormon dan gairah seks sangat tinggi sehingga sangat mudah bagi mereka untuk terangsang apalagi jika melihat hal-hal berbau pornografi. Pada usia tersebut, seorang pria mampu melakukan onani beberapa kali dalam satu hari.

Beda dengan pria yang sudah tua, sejumlah hormon terutama testosterone mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Hal yang sama terjadi pada wanita, saat usia bertambah dan mencapai waktu menopause maka hormon pembangkit seks juga akan berkurang.

“Frekuensi masturbasi tiap orang bisa berbeda-beda salah satunya berkaitan dengan hormon. Pada usia remaja hormon seksual sedang tinggi sehingga akan mudah terangsang. Berbeda dengan usia senja frekuensi masturbasi pun akan berkurang seiring dengan menurunnya hormon testosteron. Dosis masturbasi yang ‘disarankan’ dua-tiga kali seminggu atau 12 kali sebulan. Lebih dari itu dapat dikatakan ada kecenderungan tidak normal ” kata psikolog klinis F.X. Albino Prasodjo dilansir dari majalah male.

Lalu seperti apa, masturbasi yang dikatakan tidak normal?
Sebaliknya masturbasi dapat dikatakan tidak normal jika dosisnya sudah berlebihan serta mengganggu aktivitas sehari-hari individu dan ditambah lagi secara fisik dapat membuat penis menjadi lecet atau infeksi. “Ya bisa jadi lecet atau infeksi selain karena overdosis karena menggunakan benda sebagai alat masturbasi ” ujarnya.

Sebuah penelitian pernah dilakukan untuk mengetahui berapa kali normalnya seorang pria melakukan masturbasi dalam seminggu, dan hasilnya disebutkan bahwa masturbasi masih normal jika dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam seminggu atau paling banyak 12 kali dalam sebulan. Lebih dari itu masturbasi sudah tidak normal dan berbahaya.

Bahaya melakukan onani lebih dari 12 kali dalam sebulan salah satunya adalah menyebabkan kualitas ereksi berkurang dan juga menyebabkan ejakulasi dini pada saat melakukan hubungan seks yang sebenarnya.

Berikut ini beberapa tanda jika anda sudah melakukan onani secara berlebihan:
1.Mengalami lecet pada penis
2. Timbul perasaan bersalah setiap selesai masturbasi
3. Aktifitas sosial dan pekerjaan terhambat
4. Anda sangat ingin berhenti tapi merasa begitu sulit menghentikan kebiasaan masturbasi

Selain itu Albino P menjelaskan faktor internal lainnya yang memicu masturbasi yaitu masalah kognitif. “Walaupun hormon seksual sedang tinggi jika pikiran (kognitif) tidak meneruskannya menjadi fantasi atau individu tersebut dapat mengalihkan ke kegiatan lain tidak akan terjadi masturbasi ” katanya.

Bukan hanya faktor internal ia menguraikan pula faktor eksternal yang mempengaruhi orang bermasturbasi misalnya sering menikmati produk pornografi.

Dan masturbasi yang dikatakan masih sehat, itu seperti?
Yang paling penting Albino menyatakan bahwa masturbasi yang sehat secara psikologis tidak sampai mengganggu aktivitas keseharian baik secara sosial maupun pekerjaan, atau tidak sampai mempengaruhi psikis dan kehidupan sosial anda.

"Mengingat aktivitas masturbasi biasanya melibatkan fantasi (khayalan) tentang obyek seksual artinya ketika masturbasi dilakukan individu tersebut berfokus pada obyek yang sifatnya erotis hal itu akan memakan waktu. Ini yang dapat mengganggu aktivitas pokok individu tersebut misal dalam hal pekerjaan atau studi ” katanya.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Zoya A, seorang seksolog mengatakan bahwa masturbasi masih tergolong normal jika tanggung jawab peribadi masih bisa dilakukan dan kehidupan sosial tidak terhambat gara-gara masturbasi. ”Kalau sudah sampai mengganggu pekerjaan atau tidak lagi bergaul dengan orang lain karena terobsesi melakukan masturbasi terus menerus maka itu sudah tidak normal dan sebaiknya ke dokter untuk konsultasi”, ujar Zoya

Di samping itu masturbasi yang berlebihan akan menghambat kesempatan menjalin relasi sosial dengan lawan jenis secara konkret. “Artinya secara psikologis masturbasi yang sehat tidak menimbulkan kecanduan. Individu yang sehat idealnya lebih menikmati hubungan seksual dengan lawan jenis dibanding dengan cara self-sex (masturbasi) ” dia menandaskan.

Solusi agar tidak kecanduan masturbasi Albino menyarankan harus ada niat mengendalikan dosis masturbasi. “Tanpa niat tidak akan bisa keluar dari kecanduan masturbasi. Jika sudah ada niat harus juga punya strategi. Yang paling utama individu harus mempunyai aktivitas pengalih yang produktif jika individu tersebut terangsang dan tidak atau belum mempunyai obyek seksual (pasangan) seperti menyalurkan dorongan seksnya ke pekerjaan hobi serta kegiatan olahraga sosial ataupun keagamaan. Pelajari juga apa yang membuatnya menjadi ingin bermasturbasi. Jika hal itu terjadi karena faktor eksternal misal materi pornografi sebaiknya hindari saja ” ujarnya.


Editor: Heru Setianto
Source: Net